Selasa, 17 Januari 2012

penghambat transfor aktif glukosa,, anatomi dan fisiologi manusia

LABORATORIUM BIOFARMASEUTIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

LAPORAN LENGKAP
ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA
(PENGHAMBATAN TRANSPOR AKTIF GLUKOSA)






OLEH:
DEWI RATNASARI H



FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2011




BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
       Transpor aktif merupakan kebalikan dari transpor pasif dan bersifat tidak spontan.Arah perpindahan dari transpor ini melawan gradien konsentrasi.Transpor aktif membutuhkan bantuan dari beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transpor aktif ialah channel protein dan carrier protein, serta ionophore.Transport aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga terdiri atas co-transport dan counter transport (exchange). Transport aktif primer memakai energi langsung dari ATP.
(http://nadjeeb.wordpress.com/sistem-transport-pada-sel/)
Pada transpor sekunder co-transpor , glukosa atau asam amino akan ditransport masuk dalam sel mengikuti masuknya Natrium. Natrium yang masuk akibat perbedaan konsentrasi mengikutkan glukosa atau asam amino ke dalam sel, meskipun asam amino atau glukosa di dalam sel konsentrasinya lebih tinggi dari luar sel, tetapi asam amino atau glukosa ini memakai energi dari Na (akibat perbedaan konsentrasi Na). Sehingga glukosa atau asam amino ditransport secara transport aktif sekunder co-transpor. (http://nadjeeb.wordpress.com/sistem-transport-pada-sel/)

Pada proses counter transport/exchange, masuknya ion Na ke dalam sel akan menyebabkan bahan lain ditransport keluar. Misalnya pada Na-Ca exchange dan Na-H exchange. Pada Na-Ca exchange, 3 ion Na akan ditransport kedalam sel untuk setiap 1 ion Ca yang ditransport keluar sel, hal ini untuk menjaga kadar Ca intrasel, khususnya pada otot jantung sehingga berperan pada kontraktiitas jantung. Na-H exchange terutama berperan mengatur konsentrasi ion Na dan Hidrogen dalam tubulus proksimal ginjal, sehingga turut mengatur pH dalam sel.
(http://nadjeeb.wordpress.com/sistem-transport-pada-sel/)
Yang termasuk transpor aktif ialah coupled carriers, ATP driven pumps, dan light driven pumps. Dalam transpor menggunakan coupled carriers dikenal dua istilah, yaitu simporter dan antiporter. Simporter ialah suatu protein yang mentransportasikan kedua substrat searah, sedangkan antiporter mentransfer kedua substrat dengan arah berlawanan.ATP driven pump merupakan suatu siklus transpor Na+/K+ ATPase. Light driven pump umumnya ditemukan pada sel bakteri. Mekanisme ini membutuhkan energi cahaya dan contohnya terjadi pada Bakteriorhodopsin.
(http://nadjeeb.wordpress.com/sistem-transport-pada-sel/)



B.   Maksud, Tujuan dan Prinsip Percobaan
a.   Maksud Percobaan
Pengujian suatu sampel yang diduga menghambat glukosa pada usus halus ileum marmot (Cavia porcellus)
b.   Tujuan Percobaan
Pengujian efek infus daun paliasa terhadap penghambat transpor aktif glukosa pada usus coba marmut (Cavia porcellus) secara in vitro.
c.   Prinsip Percobaan
Pengujian suatu sampel daun paliasa (Kleinhovia hospital L.) yang dapat menghambat transpor dalam pemindahan larutan Ringer Laktat. Diujikan pada kadar glukosa pada marmut pada menit ke 10,20,dan 30 yang terabsorbsi atau terserap dari membran usus halus yang diukur dengan spektrofotometer.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Teori Umum
Transport aktif adalah pengangkutan lintas membran dengan menggunakan energy ATP, melibatkan pertukaran ion Na+ dan K+ (pompa ion) serta protein konstranspor yang akan membentuk ion Na+ bersama molekul lain seperti asam amino dan gula.
Ø Arahnya dari daerah berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
Ø Energi diperlukan karena ada zat yang harus dipindahkan melawan kecenderungan alami berdifusi ke arah yang berlawanan.
Ø Berbeda dengan difusi yang dapat berjalan kedua arah, transporaktif merupakan gerakan satu arah dan dipengaruhi oleh muatan listrik di dalam dan di luar sel.
(http://biologigonz.blogspot.com/2010/02/transport-aktif.html)
Transpor aktif glukosa dan peran insulin glukosa masuk ke dalam sel dapat melalui dua cara, difusi secara pasif dan transpor aktif. Secara difusi pasif, masuknya glukosa tergantung pada perbedaan konsentrasi glukosa antara media ekstraseluler dan di dalam sel. Secara transpor aktif, insulin berperan sebagai pasilisator pada jaringan-jaringan tertentu.Insulin merupakan hormon anabolik utama yang meningkatkan cadangan energi. (http://dunia-kesehatan.com/)
Pada semua sel, insulin meningkatkan kerja enzim yang merubah glukosa menjadi bentuk cadangan energi yang lebih stabil (glikogen). Kekurangan insulin pada jaringan yang membutuhkannya (jaringan adipose, otot rangka, otot jantung, otot polos) dapat mengakibatkan sel kekurangan glukosa sehingga sel memperoleh energi dan asam lemak bebas dan menghasilkan metabolitketon (ketosis)
(http://dunia-kesehatan.com/)
Transpor glukosa pada epitel usus menggunakan coupled transport. Coupled transpor yaitu transpor yang terjadi dengan mendapat energi dari molekul lain, dengan molekul yang pindah ada 2 dan searah. Sehingga untuk transpor glukosa dibutuhkan Na+ agar masuk dari lumen ke epitel usus. Saat ATP dipecah oleh ATPase menjadi ADP + PI, akan mengcouple energi untuk masuk Na+ dan glukosa dan lumen membran basalis, sehingga sistem transpor glukosa juga dapat disebut transpor aktif sekunder. (http://id.shvoong.com/exact-sciencec/biology/209649-mekanisme-transport-oksigen-dan-karbondioksida)  
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai lalu lintas molekul dan ion secara dua arah. Molekul yang dapat melewati membran sel antara lain, ialah molekul hidrofobik (CO2, O2) dan molekul polar dengn ukuran besar (glukosa), ion dan substansi hidrofilik membutuhkan mekanisme khusus agar dapat masuk ke dalam sel, sementara molekul dengan ukuran sangat kecil (air, etanol)
(http://nadjeeb.wordpress.com/sistem-transport-pada-sel/)
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua cara, yaitu dengan transport pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang membutuhkan mekanisme khusus. (http://nadjeeb.wordpress.com/sistem-transport-pada-sel/)
1.      Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan suatu perpindahan molekul menuruni gradient konsentrasinya. Transport pasif ini bersifat spontan. Difusi, osmosis, dan difusi terfasilitasi merupakan contoh dari transport pasif.Difusi ini terjadi akibat gerak termal yang meningkatkan entropi atau ketidakteraturan sehingga menyebabkan campuran yang lebih acak. Difusi akan berlanjut selama respirasi selular yang mengkomsumsi O2 masuk. Osmosis merupakan difusi pelarut melintasi membran selektif yang arah perpindahannya ditentukan oleh benda konsentrasi zat terlarut total. Difusi terfasilitasi juga msih dianggap ke dalam transport pasif karena zat terlarut berpindah menurut  gradient knsentrasinya.
a.    Difusi
Difusi adalah peristiwa mengalaminya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian konsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.Contoh yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi dalam udara.
b.    Osmosis
Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeable selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
c.    Transpor Lintas Membran
Proses transport melalui membran terjadi melalui dua mekanisme, yaitu transport aktif dan pasif. Transpor pasif terjadi tanpa memerlukan energi. Sedangkan transport aktif memerlukan energi.  
d.    Difusi Terfasilitasi
       Transpor dengan cara difusi fasilitasi mempunyai perbedaan dengan difusi sederhana yaitu difusi fasilitas terjadi melalui carrier spesifik dan difusi ini mempunyai kecepatan transport maksimum. Suatu bahan yang akan ditranspor lewat cara ini akan terikat lebih dahulu dengan carrier protein yang spesifik dan ikatan ini membuka channel tertentu untuk membawa ikatan ini ke dalam sel.
e.    Transpor Ion Channel
Transpor lewat ion channel khusus bagi ion-ion yang sulit ditranspor secara difusi akibat muatan listriknya.Ion channel ini mempunyai sifat yang sangat selektif dan terbukanya channel tersebut akibat potensial listrik sepanjang membrane sel dan melalui ikatan channel dengan hormone atau neurotransmitter.
2.      Transpor Aktif
       Transpor aktif merupakan kebalikan dari transport pasif dan bersifat tidak spontan. Arah perpindahan dari transport ini melalui gradient konsentrasi. Transport aktif membutuhkan beberapa protein. Contoh protein yang terlibat dalam transport aktif ialah channel protein dan cairan protein, serta ionephor.
       Transpor aktif primer memakai energi langsung dari ATP misalnya pada Na-K pump dan Ca pump. Pada Na-K pump, 3 Na akan di pump keluar sel sedangkan 2 K akan di pompa ke dalam sel. Pada Ca pump, Ca akan dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel rendah.
a.    Transpor Sekunder Co- Transpor
       Pada transport sekunder Co-transpor, glukosa atau asam amino akan ditranspor masuk ke dalam sel mengikut masuknya Natrium. Natrium yang masuk akibat perbedaan konsentrasi mengikutkan glukosa atau asam amino ke dalam sel meskipun asam amino atau glukosa di dalam sel kosentrasinya lebih tinggi dari luar sel, tetapi glukosa ini memakai energy dari Na (akibat perbedaan konsentrasi Na) sehingga glukosa ditranspor secara sekunder Co-transpor.
b.    Transpor Sekunder Counter- Transpor
       Pada proses counter transport, masuknya ion Na akan menyebabkan bahan lain ditranspor keluar. Na-H extrogen berperan mengatur konsentrasi ion Na dan hydrogen dalam tubulus proksimal ginjal, sehingga turut mengatur pH dalam sel.

B.    Uraian Bahan
1.    Eter ( FI edisi III Hal. 66 )
Nama Resmi           : AETHER ANAESTHETICUS
Nama Lain               : Eter Anestesi
RIM                           : C4H10
BM                             : 74,12
Pemerian                 : Cairan transparan, tidak berwarna, bau khas, rasa manis  dan membakar, sangat mudah menguap ; sangat mudah terbakar, campuran uapnya dengan oksigen, udara atau dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat meledak.
Kelarutan                 : Larut dalam 10 bagian air, dapat dicampur dengan etanol (95%) P dengan kloroform P dengan minyak lemak dan minyak atsiri.
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup rapat
K/P                            : Anestesi umum

2.    Glukosa ( FI edisi III Hal. 1.268 )
Nama Resmi           : GLUCOSUM
Nama Lain               : Glukosa
RIM                           : C6H12O6 . H2O
BM                             : 198,17
Pemerian                 : Hablur tidak berwarna, serbuk irablur atau butiran putih, rasa manis, tidak berbau.
Kelarutan                 : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik
K/P                            : Kolonigenikum

3.    Injeksi Ringer Laktat FI edisi III Hal.206)
Nama Resmi          :NATRII LACTIS, INJECTIO COMPOSITOR
Nama Lain              : Injeksi Ringer Laktat, Injeksi Natrium Majemuk
RM                            : C3H5NCO3
Pemerian                : Larutan jernih, tidak berbau, mempunyai rasa yang khas
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup rapat
K/P                           : Zat tambahan

4.    Komposisi Ringer Laktat
Komposisi :    Setiap 100 ml larutan mengandung :
-       Natrium Laktat              3  - 1 gram
-       Natrium Klorida                        6,0 gram
-       Kalium klorida               0,2 gram
-       Kalsium klorida             0,2 ml

5.    Larutan Ringer Laktat
Nama Resmi          :    NATRII CITRORIDI INFUNDIBILIUM CAPOSITANA
Nama Lain              : Larutan Ringer
Pemerian                : Larutan jernih, tidak berwarna, rasa agak asin
Kelarutan                : Larut dalam air
Penyimpanan        : Dalam wadah dosis tunggal
K/P                           : Infus intravenous

C.     Uraian Hewan Uji
1.    Klasifikasi Marmut ( Caviaporcellus )
Kingdom                  : Animalia
Phylum                    : Chordata
Subphylum             : Vertebrata
Class                        : Mammalia
Ordo                         : Rodentia
Sub Ordo                 : Hystricomorpha
Family                      : Caviidae
Sub Family             : Cavvinae
Genus                      : Cavia
Spesies                   : Cavia porcellus
2.    Karakteristik Marmut ( Cavia porcellus )
Masa tumbuh          : 15 bulan
Masa laktasi            : 21 hari
Masa puber             : 60 – 70 hari
Masa hidup             : 6 – 7 hari
Beranak                   : 18 bulan – 4 tahun
Masa kelahiran       : 3 -4 ekor
Frek.kelahiran         : per tahun 4 ekor
Laju respirasi           : 100 – 150 / menit
Suhu tubuh             : 37,8º C- 39,5º C
3.    Morfologi Marmut ( Cavia porcellus )
Marmut merupakan hewan golongan menyusui dan mempunyai kelenjar susu, bersifat unipar (melahirkan anak), bernafas dengan paru-paru, mempunyai gigi segi sepasang yang khas berbentuk pekat besar dan kuat serta dapat tumbuh besar.

D.   Uraian Tumbuhan
1.    Klasifikasi Daun Paliasa (Kleinhovia hospita L)
Regnum          : Plantarum
Divisio              : Spermatophyta
Subdevisio      : Dyanyoethales
Class                : Dycotyledonae
Ordo                 : Stercolliales
Family              : Stercolliceae
Genus              : Klein
Spesies            : Kleinhovia hospita L

2.    Morfologi Daun Paliasa
Pohon tinggi, tumbuh tegak mencapai kurang lebih 4-12 meter, banyak cabang, batang bulat, berkayu dan bertangkai, dan agak bulat, terdapat rambut halus di permukaan daun, ujung meruncing, pangkal berbentuk mirip jantung, pertulangan daun menyirip.
3.    Kegunaan
Obat penyakit lever, mengobati radang hati, dan sebagai obat diabetes.
4.    Kandungan
Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman ini adalah mengandung ekstrak etanol dengan dosis 250, 500, 750, dan 1000 mg/kgbb.

E.      Uraian Mekanisme Absorbsi (Resep-resep yang rasional)
-     Transport Aktif       
-     Transport Pasif
-     Pinositosis


 
BAB III
METODE KERJA
A.   Alat dan Bahan
a.    Alat yang digunakan
1.     Airator
2.     Benang wol
3.     Bunsen
4.     Gelas kimia
5.     Gunting
6.     Pinset
7.     Pisau bedah
8.     Spektofotometer
9.     Spoit 1 ml
10.  Statif
11.  Termometer
12.  Vial
b.    Bahan yang digunakan
1.     Eter
2.     Infus daun  Paliasa ( Kleinhovia hospita L)
3.     Glukosa
4.     Kapas
5.     Marmut ( Cavia porcellus )
6.     Ringer Laktat (RL)

B.     Cara Kerja
a.    Pembuatan infus daun Paliasa
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Daun Paliasa ( Kleinhoviahospita L) ditimbang sebanyak 15 g, dimasukan ke dalam gelas kimia dan ditambahkan dengan aquadest, sebanyak berat  sampel. Dibiarkan selama kurang lebih 15 menit, sehingga semua permukaan simplisia basah lali dicukupkan volumenya sampai 10 ml dengan aquadest.
b.    Penghambat transpor aktif glukosa ( Perlakuan I )
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Dibius marmut ( Caviaporcellus ) dengan eter, diletakan pada papan bedah lalu keempat kakinya ditusuk dengan jarun pentul.
3.    Lalu bedah pada bagian abdomennya hingga usus halusnya.
4.    Dikeluarkan ususnya dan diambil kurang lebih 5 cm, lalu dicuci dengan larutan NaCl.
5.    Diikat salah satu ujungnya dengan benang kemudian diisi dengan menggunakan larutan glukosa sebanyak 1 ml sebagai pembanding pada menit ke-5,10, dan 20.
6.    Diukur dengan spektofotometer.
c.    Perlakuan II
1.    Disiapkan alat dan bahan
2.    Usus yang lain diisi dengan larutan glukosa sebanyak 1 ml yang telah dicampur dengan infus daun paliasa ( Kleinhoviahospita L ) sebanyak 1 ml.
3.    Dipanaskan Ringer Laktat (RL) pada suhu tertentu, yaitu 37oC
4.    Kemudian masing-masing usus (ileum) dimasukan ke dalam gelas kimia yang berisi Ranger Laktat (RL) pada suhu 37oC
5.    Diambil larutan uji yang ada, lalu diujikan pada waktu 10 menit, 20 menit, 30 menit, kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam vial yang telah disiapkan.
6.    Vial yang berisi Ranget Laktat (RL) tersebut diukur daya serap absorbennya pada spektofotometer dan hasil daya serap absorbennya yang akan diukur ditunggu dalam selang beberapa hari.
7.    Diukur kadar glukosa yang telah dipakai dalam spektofotometer
8.    Dihitung kadar glukosanya dengan menggunakan table anava
9.    Dihitung faktor hitungnya dan faktor labelnya lalu dibandingkan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Tabel Hasil Pengamatan
Waktu
(menit)
Perlakuan
Jumlah
Glukosa
 5 %
Glukosa + Infus Daun Paliasa 10 % b/v
10
20
30
0,10
0,05
0,16
0,12
0,08
0,25
0,22
0,13
0,41
Total (∑)
0,31
0,45
0,76


 
C.   Pembahasan
           Adapun yang dilakukan pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui apakah infus daun paliasa (Kleinhovia hospita L)dapat menghambat transport aktif glukosa dengan menggunakan Marmut (Cavia porcellus) yang dibius dengan eter lalu dibedah bagian perutnya kemudian diangkat usus halusnya (ileum) dan dipotong kurang lebih 5 – 10 cm kemudian dicuci dengan RL agar mencegah tumbuhnya bakteri dan mencegah agar usus halus tidak mengembang dan mengerut. Setelah dicuci, ujung yang satu diikat dengan benang wol kemudian diisi dengan glukosa ± 1 ml kemudian diikat ujung yang lain. Lalu dimasukka ke dalam gelas kimia yang berisi RL dengan suhu 37ºC. Diambil larutan tersebut sebanyak 3 cc pada interval waktu 10’, 20’, dan 30’ dan dimasukkan ke dalam vial, lalu diukur kadar glukosanya.
Pada perlakuan yang kedua, ileum diisi dengan glukosa dan infus daun paliasa (Kleinhovia hospital L) untuk mengetahui apakah sampel tersebut dapat menghambat transport aktif glukosa atau tidak.Kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia yang sudah berisi larutan RL dan diukur suhunya sampai 37º C pada menit ke 10, 20, dan 30. Diambil 3 cc dan dimasukkan ke dalam vial.
Botol vial yang sudah terisi RL, dilakukan pengamatan dengan menggunakan spektrofotometer lalu diabil datanya pada saat perhitungan Fh.
Pada hasil percobaan didapat hasil faktor hitung dari glukosa adalah 0,5357 sedangkan hasil dari faktor tabuntuk 0,05 adalah 7,71 dan untuk 0,01 yaitu 21,20. Hal ini berarti faktor tabel lebih besar daripada faktor hitung sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian infus daun paliasa (Kleinhovia hospita L) tidak dapat mempengaruhi transport aktif glukosa.
        Faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan adalah :
1.         Pembuatan infus daun paliasa yang kurang baik
2.         Alat dan bahan yang digunakan kurang steril
3.         Kurangnya keterampilan praktikan dalam melakukan prktek
Pada percobaan, pengujian di menit ke-10 dengan perlakuan penambahan RL dan glukosa didapat hasil 0,10, pada menit ke-20 didapat hasil 0,05 dan pada menit ke-30 didapatkan 0,16. Sedangkan pada perlakuan RL, glukosa dan sampel diperoleh data pada menit ke-10 yaitu 0,12 pada menit ke-20 sebanyak 0,08 dan pada menit ke-30 didpatkan hasil 0,25.
Berdasarkan tabel ANAVA, F hitung lebih kecil daripada F tabel yang  berarti data yang diperoleh nonsignifikan atau tidak berbeda nyata. Hal ini berarti sampel daun paliasa tidak berpengaruh pada penghambatan transport aktif glukosa.
Adanya perbedaan kadar glukosa pada larutan RL yang mengandung glukosa saja dan yang mengandung glukosa ditambah infus daun paliasa disebabkan karena transportasi aktif glukosa dihambat dengan adanya penambahan infus daun paliasa ini juga dapat menghambat transpor untuk meningkatkan sekresi pankreas untuk memproduksi insulin berfungsi sebagai penghambat transpor aktif glukosa karena daun paliasa mengandung glikosida yang ada pada proses hidrolisis dan dapat menghasilkan asam sianida yang menyebabkan keracunan currier pada transpor aktif glukosa.
Penggunaan RL dalam praktikum ini karena konsentrasi cairan RL sama dengan cairan dalam tubuh. Selain itu RL berfungsi sebagai carrier atau pembawa, sedangkan glukosa tidak mudah melewatimembran, oleh karena itu harus dibantu dengan carrier.
Adapun faktor – faktor lain yang juga ikut  berpengaruh dalam mekanisme penghambatan transport aktif glukosa, yaitu:
a.  Suhu, dalam hal ini disesuaikan dengan suhu tubuh. Manusia normal 36º - 37º C.
b.  Penggnaan Bunsen, yang bertujuan untuk memanaskan RL dalam gelas kimia hingga encapai suhu 37º C.
c.   Penggunaan usus halus ileum. Berdasarkan pada sifat membran, ileum mempunyai daya elastisitas dalam menyerap zat dari luar maupun dari dalam.
d.  Lama penyerapan. Semakin lama glukosa yang terdapat dalam darah maka semakin banyak penyerapan yang terjadi.

BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
       Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1.  Faktor hitung dari glukosa adalah sebesar 0,5357 sedangkan faktor tabel untuk 0,05 = 7,71 dan 0,01 = 21,20. Hal ini berarti faktor hitung lebih kecil daripada faktor tabel (nonsignifikan = tidak berbeda nyata)
2.  Pemberian infus daun paliasa tidak mempengaruhi transport aktif glukosapada usus hewan uji marmut.

B.   Saran
Kami sebagai praktikan mengharapkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum Anatomi dan Fisiologi Manusia dapat dimaksimalkan fungsinya agar hasil yang diperoleh dalam percobaan bisa lebih akurat.







DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM.1979. Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta: Depkes RI.
Steenis, Van. 1997. Flora. Jakarta: PT.Pradya Paramita
Tim Dosen.2011. “Anatomi dan Fisiologi Manusia”. Penuntun Raktikum UIT. Makassar.










Lampiran 1
SKEMA KERJA

Marmut (Cavia porcellus)
 

Ditimbang
 

Dibius dengan eter
 

Dibedah
 

Diambil usus halus
5 – 10 cm, 2 potong
 

Dicuci dengan RL
                                                                    

Glukosa 5 %                                                                                                Glukosa + Sampel
 


Masukkan ke dalam gelas kimia
Yang berisi RL ± 200 ml
 

Nyalakan Bunsen hingga 37º C
Nyalakan aerator
 

Tepat 37º C, matikan Bunsen
Aerator tetap menyala
 

Pada interval waktu
10’, 20’, 30’ matikan aerator
 

Diambil 3 cc RL
 

Masukkan ke dalam vial
 

Sprektrofotometer
 



PERHITUNGAN STATISTIK DATA DENGAN MENGGUNAKAN
ANALISIS SIDIK RAGAM (ANOVA)

Waktu
(menit)
Perlakuan
Jumlah
Rata-rata
( x )
Glukosa
 5 %
Glukosa + Infus Daun Paliasa 10 % b/v
10
20
30
0,10
0,05
0,16
0,12
0,08
0,25
0,22
0,13
0,41
0,07
0,04
0,14
Total (∑)
0,31
0,45
0,76
0,25
Rata-rata (x)
0,10
0,15
0,25
0,08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar